OM SWASTYASTU * SELAMAT DATANG DI SASTRA AGAMA INI * SEMOGA SEMUA INFORMASI YANG DISAJIKAN DI SASTRA AGAMA BERGUNA BUAT SAUDARA DAN SAUDARI * SAHABAT DAN REKAN SEMUA * ARTIKEL YANG TERSAJI DISINI MERUPAKAN REFERENSI DARI BERBAGAI SUMBER YANG TERPERCAYA * TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA
bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

Kehidupan

Kehidupan adalah perpaduan antara atman dengan badan jasmani yang menyebabkan mahluk itu hidup ibaratnya seperti kehidupan sosial budaya masyarakat di Bali yang sangatlah lekat dengan kearifan lokal beragamanya.
  • Atman sebagai jiwa dari setiap makhluk hidup yang disebut Jiwatman, sedangkan
  • Badan jasmani merupakan sesuatu gampang terurai yang terdiri dari tujuh lapis badan (sarira kosha) sebagai unsur-unsur yang membungkus kesadaran murni dari atman tersebut.
Kehidupan di dunia ini akan selalu mengingatkan bahwa ada proses, tujuan hidup dan ikatan yang hendaknya disebutkan harus selalu diingat :
  • Dari Karma Wasana, semua yang kita alami, yang kita temukan/dapatkan dan kita hasilkan dalam kehidupan ini, baik ataupun buruk, suka maupun dukacerdas ataupun bodoh, kaya maupun miskin, keberhasilan ataupun kegagalan semua itu tiada lain juga disebabkan oleh Karma wasana kita sendiri, yang harus kita terima pada kehidupan sekarang ini sebagaimana disebutkan dalam memaknai filosofi banten dapetan dalam upacara yadnya.
  • Dengan dilengkapi penggunaan benang sebagai simbol suci tali pengikat dalam proses kehidupan ini.
  • Walaupun demikian, dalam dunia-kehidupan ini
  • Dengan implementasi paras paros secara lebih nyata dalam kehidupan bermasyarakat ini disebutkan : 
    agar terjaga kerukunan, kebersamaan, keharmonisan dan kenyamanan dalam hubungan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kehidupan sebagai pertemuan atman dengan badan jasmani ini juga dalam tuntunan dasar Hindu Dharma disebutkan menyebabkan dia terpengaruh oleh sifat-sifat maya yang menimbulkan /awidya / (kegelapan pikiran).
  • Jadi manusia lahir dalam keadaan awidya, yang menyebabkan ketidak sempurnaannya. 
  • Atman itu tetap sempurna, tetapi manusia itu sendiri tidaklah sempurna. 
  • Manusia tidak luput dari hukum kelahiran, kehidupan dan kematian
Walaupun manusia itu mengalami kematian,
  • namun Atman tidak akan bisa mati. 
  • Hanya badan yang mati dan hancur, 
  • sedangkan Atman tetap kekal abadi.
yang dalam Bhagawad Gita II.22
Ibarat orang yang menanggalkan pakaian lama dan menggantikannya dengan
yang baru, demikian jiwa meninggalkan badan tua dan memasuki jasmani


yang baru.
Jiwatman yang terbelengu berpindah dari satu badan ke badan yang lain.
  • Setiap kelahirannya membawa badan, hidup dan pikiran yang terbentuk dari pada prakerti menurut evolusinya dimasa yang lalu dan kebutuhannya dimasa yang akan datang. 
  • Apabila badan jasmani yang menjadi tua dan hancur, 
    • maka alam pikiran sebagai pembalut jiwa merupakan kesadaran baginya untuk berpindah-pindah dari satu badan ke badan yang lain yang disebut reinkarnasi atau punarbhawa sesuai dengan karmaphalanya (hasil perbuatannya di dunia). 
    • Karena itu Atman tidak akan selalu dapat kembali kepada asalnya yaitu ke Paramaatman
Orang-orang yang berbuat baik di dunia akan menuju sorga, alam swah loka dan yang berbuat buruk akan jatuh ke Neraka, alam bhur loka.
  • Di Neraka Jiwatman itu mendapat siksaan sesuai dengan hasil perbuatannya.
  • Karena itulah penjelmaan terus berlanjut sampai Jiwatman sadar akan hakekat tujuan hidup dirinya sebagai Atman
    • terlepas dari pengaruh awidya dan mencapai Moksa yaitu kebahagiaan dan kedamaian yang abadi serta kembali bersatu kepada asalnya.
Namun demikian juga, neraka atau sorga yang diperoleh atma disebutkan juga merupakan hasil sebuah karma dalam kehidupan di bumi ini.
  • Perbuatan yang baik dalam subhakarma yang dilakukan manusia, maka setelah kematian, ia akan menuju Sorga.
  • Sedangkan perbuatan yang tidak baik dalam asubhakarma, yang dilakukan manusia, maka setelah kematiannya ia akan menuju Neraka.
Demikianlah disebutkan hakekatnya dalam memaknai sorga atau neraka dalam upacara ngaben yang bertujuan untuk :
  • mensucikan atman dari unsur-unsur badan jasmani manusia.
  • serta menyelamatkan dari habitatnya agar nantinya menuju jagadhita dan mencapai moksa kembali dengan suatu kehidupan yang maha sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sekar Madya