OM SWASTYASTU * SELAMAT DATANG DI SASTRA AGAMA INI * SEMOGA SEMUA INFORMASI YANG DISAJIKAN DI SASTRA AGAMA BERGUNA BUAT SAUDARA DAN SAUDARI * SAHABAT DAN REKAN SEMUA * ARTIKEL YANG TERSAJI DISINI MERUPAKAN REFERENSI DARI BERBAGAI SUMBER YANG TERPERCAYA * TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA
bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

Sastra

Sastra (Kesusastraan) adalah media atau alat sebagai sarana belajar berbagai kebudayaan, peradaban dan kehidupan dari zaman ke zaman, yang dalam bahasa sansekerta kata "sastra" disebut dengan "Castra" 
  • Cas = ajar, 
  • tra = alat untuk. 
Ini berarti Castra = alat untuk belajar sedangkan imbuhan su(seperti dalam kata swastika) berarti baik, indah, bagus dan sesuatu yang lain yang bermakna positif lainya. 
Sehingga susastra bisa bermakna tulisan yang indah.
Lebih lanjut, Prof. Dr. Poerbatjaraka dalam Agastia (1994 : 24) menyatakan,
Pulau Bali ini ibaratnya peti tempat menyimpan perbendaharaan sastra dan budaya lama (kuno).
Kata sastra dalam arti sebenarnya juga mengandung :
  • huruf (aksara), 
  • tulisan, 
  • dan kini dikenal sebagai karya tulis yang berupa sastra (meliputi prosa, puisi dan drama). 
Oleh karena sastra berarti tulisan maka dalam pengertian sastra, khususanya di Bali tradisional mencakup semua karangan yang dinyatakan dalam bentuk tulis. 
Sastra Bali juga mencakup pengertian huruf (aksara), yang meliputi huruf WresastraSwalalitaModre dan berarti semua yang ditulis di atas daun lontarpun dinyatakan sebagai karya sastra tradisional. (Antara, 2011 : 1)
Kasusastraan Bali berarti segala hasil karya cipta sastra yang mempergunakan bahasa Bali sebagai media komunikasinya, dan memuat kehidupan masyarakat Bali secara imajinatif. 
Pada umumnya, kasusastraan bali telah dikomunikasikan dengan memakai huruf Bali dan huruf Latin. 
Para pengarang Bali diistilahkan dengan nama pengawi yang dalam istilah masa kini disejajarkan dengan istilah penyair (puisi), sastrawan (prosa), dalam jaman tradisional istilah karangan disebut karya atau damel, seperti sekar rare, sekar alit, sekar madya, sekar agung, disamping lontar bergambar atau diistilahkan dengan prasi. (Antara, 2011 : 2)
Layaknya kasusastraan pada umumnya, kasusastraan Bali ada yang diaktualisasikan dalam bentuk lisan (oralty) dan bentuk tertulis (literary). 

Menurut kategori periodisasinya, kasusastraan Bali ada yang disebut Sastra Bali Purwa dan Sastra Bali Anyar. 
  • Sastra Bali Purwa merupakan sastra Bali yang diwarisi secara tradisional dalam bentuk naskah-naskah lama. 
  • Sedangkan Sastra Bali Anyar yaitu karya sastra yang diciptakan masyarakat Bali yang telah mengalami modernisasi, atau biasa disebut sastra modern. 
Sebelum dikenal adanya kertas di Bali, umumnya sastra ditulis diatas selembar daun lontar. Karena ditulis di atas daun lontar, "buku sastra" ini disebut dengan "lontar" yang memiliki arti sangat penting dan strategis dalam kehidupan ini.

Memang ada bentuk tertulis lainnya, seperti prasasti, dengan menggunakan media seperti batu dan lempengan tembaga, namun tidak terdapat karya sastra Bali yang ditulis di atas bilah bambu, kulit binatang, katu, dan kulit kayu. 
Belakangan setelah dikenal adanya kertas, penulis karya sastra Bali menuliskan karyanya di atas kertas, bahkan sudah banyak yang diketik.
Bentuk-bentuk kasusastraan Bali sangat beragam dan mengangkat berbagai tema tertentu demikian disebutkan Padmayowana (Tugas Mata Kuliah Bahasa Daerah II Unsur-Unsur Intrinsik Kasusastraan Bali Yang Bertema Cinta), mengenai arti kata sastra dan perkembangannya di Bali.

Beberapa karya sastra dan perkembangannya di Bali disebutkan :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sekar Madya